Konsep Mehangke, Sihangken wujud Kebiaren guna Kademen


adi sinen tukur/materi, mungkin 5 ribu nca sigalangna man alonken. tapi cakupenna, waktu kita reh e, kesempaten kita ncidahken kekelengen e jadi sada wujud MEHERGA, MEHAGA sesapih kita nggeluh.

lang adi tukur, 2 bon² ngenca sidat, hal wajar seh bage pikirenta erkite-kiteken sidat nanam konsep materialistik ras individualis. cuba ka min hitung kesah jelma, sadawari kesah jelma adi andingken tabung oksigen rumah sakit, sadawari (24 jam) kita erkesah la bias 10 jt (gratis bre Dibata) kaliken 500 jelma saja. enggo 5 miliar, e sebatas kesah denga.


em wujudna "Kebiaren" kita ncidahken pola nggeluh (kemanusiaan) arah adat nggeluh lit Mehangke, Sihangken. Em cara Dibata tata kelola hati ras pikirenta nggeluh

Budaya ...



Kalau kalak Belanda yang liat ini, mungkin respon hormon dan rasa pada dirinya pon akan biasa saja. Kenapa? Karena memang gak pernah jadi dan lewat melalui lidahnya dan tercipta rasa, dan dari situlah muncul reaksi-reaksi kimia alami dalam tubuh, seterusnya akan menjadi memory (kolektif) tersimpan bawah sadar kita.

Kenapa sebagian orang Karo bisa teh-tehen melihat ini? Itu tidak lain adalah respon bawah sadarnya yang sebelumnya sudah tersimpan (koletif memory). Ketika melihat saja, mencium aroma saja bisa "nder-der cidurta"


Kalau pun saya menghipnotrapi pikiran, mungkin saat ini orang Karo dan orang pernah merasakannya yang akan sangat mudah mendapat respon.

Begitulah budaya² (cara²) hidup menjadi survive di pertibi si mbelang ini, apa yang kita anggap tinggi responnya bagi kita, belum tentu sama dengan orang lain. Sebab semua hal, diri kita sendiri yang ciptakan, demikian juga orang lain.

Dari itu pahamilah budaya jauh kedalam, karena itu menyangkut kolektif pikiran kita yang kita ciptakan baik bagi sekitar kita. Ada begitu banyak hal yang harus kita kembangkan dan lestarikan serta nyaman tuk kita jalankan.

Salam Lestari Budaya....

Profesionalitas...


Di Guro² Aron - Pengumben, Sabtu 10 November kemaren, ada yang unik menurut saya. Uniknya ada pendamping, kalau pelatih dibilang gak elok juga, karena umumnya disebut pelatih secara profesional tentu ada sertifikasinya dan itu bisa dipertanggung jawabkan. Kita sebut sajalah pemandu.

Apa yang menarik dari sini? Di acara ini, ketika aron naik sampai mulai menari (landek), sang pemandu berkeliling memperhatikan dan terkadang memberikan kode melalui suara mendekati aron sekeliling panggung. Fungsinya adalah mengingatkan bagaimana menggerakkan tangan, langkah seirama, saat kapan tangan naik turun, berputar dan seterusnya.

Apakah semua orang paham akan hal itu? Tentu tidak. Itulah seni profesionalitas. Sama seperti kita menanam kol, tentu banyak cara kita memahaminya, mulai dari kata² orang, pengalaman yang berulang-ulang dan seterusnya. Ketelatenan dalam hal ini (landek) lebih mengandalkan pengalaman dan dari apa yang pernah didapatkan dan didalami kemudian itu diteruskan kepada generasi selanjutnya yaitu generasi millenial karo.

Apa kam pikir seorang profesor dengan karya ilmiahnya lahir begitu saja? Tidaklah ngatt.... Itu semua didapat dari ketelitian sebuah hal dari pristiwa, situasi, kebiasaan dan lain sebagainya dan dituangkan menjadi karya ilmiah, menjadi ilmu pengetahuan kebutuhan hidup manusia, maka akhirnya karya profesor disebut temuan baru.

Pada dasarnya budaya sekitar kita banyak hal temuan² perkembangan yang bisa kita kembangkan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan peradaban. Hanya kadang kita merasa spele dan lagi² kita yang menjatuhkannya dengan kata² "MAN KAI KRINA E, LO MAIN E". Pada hal tempat lain tergolong maju memulai segala hal adalah dari kebiasan (budaya) mereka sendiri, kemudian terus dan terus dikembangkan sampai titik ada profesionalitas (ke khususan profesi).