Infrastruktur dan Trust (Kepercayaan)


Orang karo yang sering ke kerja² seputar Jabodetabek atau kalangan permata GBKP kalasis Jakarta - Banten - Kalimantan pasti kenal siapa ini, namanya Cornelius Ginting yang populer dipanggil Mburak per tudung. sekarang dia punya usaha namanya "Lamela Ngosei"

Oke, kita tidak membahas dari sudut pandang adatnya, tapi kita belajar dari ilmu ekonominya saja.

Membangun "Lamela Ngosei" apakah dia langsung besar? Tidak, dia ngutang dulu, sama seperti negara ini sekarang berawal dari infrastruktur, sakit beberapa tahun.

Contohnya begini, secara asset, bukan dia tidak mampu langsung membeli beberapa pakaian adat dan kemudian itu disewakan seperti halnya sekarang. Kira² subsidilah kalau negara ini. kan bisa jual aset (tanah orang tua misalnya) kemudian itu dijadikan sebagai modal usaha. itu tidak dilakukan, tapi membuka jalan dulu, membuka jaringan yang selanjutnya disebut trust.

Caranya, kalau disebut pencitraan gak elok. Tapi itulah kenyataan. Sering berkunjung ketempat-tempat acara adat, terlibat dalam acara-acara budaya dalam Gereja. Kemudian dengan keahlian dan ilmu yang didapatkan itu dimanfaatkan. Lama kelamaan dia mendapatkan kepercayaan, dan dari sana berusahalah mendapatkan dana seadanya melalui ngutang. Dengan kreatifitas kerjanya orang lain percaya, dan dia serius. Bukan gak ada halangan, ada begitu banyak kendala, ada protes besar-besaran, ada bullyan juga di medsos, tapi itu tidak pernah ditanggapi serius, dia belajar dari itu semua. "Begitulah karakter orang," begitulah dalam benaknya.

Dengan berusaha menciptakan prinsip sabar, semua terbangun. dari jaringan trust (kepercayaan), coba bayangkan dalam acara adat, untuk membuat (sewa) tudung saja sudah ada harga 50 rb, sudah lengkap dengan kain dan pemasangannya. kalikan saja, untuk 10 orang saja sudah 500 rb. Di lain hal dia memiliki disiplin mendidik muda-mudi dalam melatih gerak tari karo. Sekarang dia melakukan itu semua tidak lagi sendiri. Untuk porsi pemesanan banyak dia mengajak yang konsisten dan mau terlatih untuk hal yang sama.

Apa hikmah dari ini semua? Hilangkanlah sifat kebencian dalam pikiran kita, bangunlah jaringan trust (kepercayaan). sebab jago pun kita, akan dikalahkan oleh mereka yang mau terbuka untuk segala hal adalah belajar. kalau masih berpikir iblis²an, bye bye my love me kita....

Ada banyak dan mungkin lebih seperti mburak ini di Tanehkaro atau Di Jakarta, tapi bagaimana membangun trust itu yang susah. "Motu ngah" ninta, ya memang motu, tapi jagonta tading ban kinijagonta e ka...

Tangerang 19/09/18

No comments:

Post a Comment