Konsep dasar "TAKI" em cara, sistem, pola pikir, politik sierguna man
pendukungna baik ibas mempertahanken, mengembangken dirina lebih baik.
Harmonisasi ekologis (back to nature) merupakan kearifan lokal yang
patut kita hormati dan hargai sebagai sumbang sih keilmuan etnik Karo
terkait kosmologinya.
Simulakrum "TAKI" dengan kata "PULU" (Pulubalang, Pengulu, Pulu Kesain, Pulu Aron, Pulu Lau, Pulu Kerabangen, Pulu Kerangen) sebagi bukti bahwa nenek moyang etnik KARO telah memikirkan, akrab, kelola terhadap lingkungan alamnya.
Lebih tegas lagi, Pulu Kuta memberikan "Kerangen" Kerangen Simbelang, Kuta, Kesain, Kerangen Tapin, tentu sangat sarat dengan pemenuhan kebutuhan etnik Karo.
Data sekarang menunjukkan bahwa, eksistensi pulu, kerangen (lingkungan) sangat menyedihkan, pola pikir egosentris dan materealistik telah merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan kita, ilmu ngerabi semakin kita dalami dan memerdekakannya dalam kehidupan kita sekarang ini. Kita semua sangat kesulitan menghubungkan raksi alam Gunung Sinabun dengan pola prilaku kehidupan kita, kita kurang menyadari tindakan eksplorasi dengan dampak yang dihadarkan di depan mata kita, masalah kita saling berseturu dan berkelih untuk membebaskan diri kita dari musibah ini.
Kita tidak merasa bersalah dalam konteks ini " teks yang menyatakan, "Kuciptakan Kamu (manusia) agar dapat menaklukkan segala isinya, Kata takluk kita pergunakan dengan garang, sadis, kejam sehingga keseimbangan alam dan manusia sangat dalam dan berkarat.
Simulakrum "TAKI" dengan kata "PULU" (Pulubalang, Pengulu, Pulu Kesain, Pulu Aron, Pulu Lau, Pulu Kerabangen, Pulu Kerangen) sebagi bukti bahwa nenek moyang etnik KARO telah memikirkan, akrab, kelola terhadap lingkungan alamnya.
Lebih tegas lagi, Pulu Kuta memberikan "Kerangen" Kerangen Simbelang, Kuta, Kesain, Kerangen Tapin, tentu sangat sarat dengan pemenuhan kebutuhan etnik Karo.
Data sekarang menunjukkan bahwa, eksistensi pulu, kerangen (lingkungan) sangat menyedihkan, pola pikir egosentris dan materealistik telah merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan kita, ilmu ngerabi semakin kita dalami dan memerdekakannya dalam kehidupan kita sekarang ini. Kita semua sangat kesulitan menghubungkan raksi alam Gunung Sinabun dengan pola prilaku kehidupan kita, kita kurang menyadari tindakan eksplorasi dengan dampak yang dihadarkan di depan mata kita, masalah kita saling berseturu dan berkelih untuk membebaskan diri kita dari musibah ini.
Kita tidak merasa bersalah dalam konteks ini " teks yang menyatakan, "Kuciptakan Kamu (manusia) agar dapat menaklukkan segala isinya, Kata takluk kita pergunakan dengan garang, sadis, kejam sehingga keseimbangan alam dan manusia sangat dalam dan berkarat.