KARO MENGHIBUR DI ANJUNGAN TMII

(Taman Mini Indonesia Indah / TMII - Jakarta Minggu, 28 Desember 2014). Di penghujung tahun 2014, KARO dengan budayanya tidak tinggal diam ikut mengambil bagian untuk menghibur para pengunjung TMII-Jakarta (28/12). Tepatnya di anjungan Sumatera Utara, beberapa Artis Karo Ibukota, Bandung dan Medan dengan semangat KARO tidak lupa menyapa para pengunjung yang berdatangan ke anjungan sumatera utara. Sesekali pengunjung duduk di tempat yang disediakan oleh panitia sambil menyaksikan penampilan para penghibur. Adapun artis-artis KARO yang mengisi acara antara lain adalah COAN PURBA (selaku penanggung jawab acara dan juga pemilik Sanggar Tari KARO Bekasi), Seniwati br Ginting, Mulyanta Surbakti, Esa Hati br Ginting (dari Bandung), Kartini br Tarigan (dari Medan), Jani Tarigan (pengiring Musik KARO Modern).

 Mengawali acara, di panggung (anjungan Sumatera Utara), Minggu siang pukul 11.00 wib dimulai dengan Landek (menari) adu 2 pasangan perkolong-kolong (Mulyanta Surbakti berpasangan dengan Seniwati br Ginting dan Coan Purba berpasangan dengan Esa Hati br Ginting). Setelah adu perkolong-kolong, kembali seniman/i KARO terus menghibur para pengunjung yang datang ke anjungan sumatera utara khususnya KARO. Esa Hati br Ginting yang masih tergolong Muda dalam belantika musik karo juga tidak lelahnya menghibur dan menyapa para pengunjung. Sejenak para seniman/i mengambil jeda 30 menit untuk santap siang. Setelah santap siang selesai, Coan Purba sebagai MC acara mengajak para pengunjung dan penonton untuk ikut berpartisipasi, ikut ambil bagian dalam acara. Baik dengan request lagu, ikut menari KARO bersama, menari di tempat atau bahkan naik ke panggung.

Sesekali para penonton dan pengunjung juga ikut menyumbang lagu naik ke atas panggung, baik lagu KARO, TOBA, Simalungun dan lain-lain. Acara demi acara berjalan dengan lancar. Penggunjung anjungan sumatera utara memang didominasi oleh mereka-mereka yang berdomisi di Jakarta. Baik orang-orang sumut itu sendiri maupun daerah-daerah lain yang berdomisi di Jakarta.


Dipenghujung acara, menjelang sore hari, panitia mengajak landek (menari) bersama, baik diatas maupun dibawah panggung. Dengan penuh kegembiraan, semua menari dengan semangat yang diiringi oleh musik KARO Modern (keyboard KARO).

Sebagai penutup acara, dengan diiringi dengan lagu Mejuah-juah, Cahaya br Purba (Pemerhati dan Pecinta Budaya ), Coan Purba (Pemilik Sanggar Tari Karo Bekasi) dan juga Tatan Daniel (Penanggung Jawab Anjungan Sumatera Utara TMII) memberikan ucapan terima kasih kepada semua pengunjung dan penonton yang setia sampai acara selesai. Selanjutnya juga mengundang semua untuk kembali hadir pada acara buka tutup tahun yang akan dilaksakan ditempat yang sama. Menurut rencana acara akan dimulai pukul 20.00 wib (31/12) sampai dengan tengah malam menjelang tahun baru 2015. Acara tersebut akan di isi kembali oleh seniman/i KARO dan bahkan akan lebih banyak lagi. Demikian kata Cahaya Purba  (Pengusaha "Cahaya Karo Foundation")


Acara ditutup dengan menari bersama dengan menyanyikan lagu Mejuah-juah....

Kiniguluten Bas Kiniliten

O Teman Simeteh Aku
Bujur ningku erpengendes man bandu
O Teman Silameteh Aku
Nungkunlah kam kerna Aku

Bas kinilalitenku
Ula bandu katandu Juru
Bas Kinilalitenku
Ula Aku Jurukendu

O Teman, Kutandai Ise man bangku

Bilangenku bagi sinitatapndu
O Teman, Kugejapken kerna liahku
Baban geluhku la bagi ukurku

La kutangisi kerna aku
La kumorahi kerna geluhku
Turiken adi lit ukurndu juru
Ula aku igedapkendu

Katandu la tuhu adi ibudikendu
Cakapndu merudu adi cikurakendu
Pilasi kai sibelaskendu
Ngeluh enda kuteh nge kai pe la tudu

O Teman, Kai Gunana cemburuindu
Adina aku rukat nge bas piringndu
O Teman, Kai Gunana igelutindu
Adina aku ninger² nge bas geluhndu

Lagunana Aku isubukindu
Adina atendu beneken aku
Lagunana Aku ijugulkendu
Amin kin gia Aku cinder i ture rumahndu

Ajarindu Aku, Ula Ijurukendu
Ajarindu Aku, Ula Dendamindu

Oleh : Justie Tarigan 10 September 2012


 

Natal Mahasiswa/i KARO UKI 2014

(Universitas Kristen Indonesia / UKI - Jakarta 20/12) Dengan waktu dan persiapan yang relatif singkat. Ikatan Keluarga Besar Mahasiswa Karo (IKBMK) - Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, mampu melaksanakan acara Natal Sabtu 20 Desember 2014 yang bertempat di Ruang Seminar Ekonomi UKI ( Lantai 3 ) - UKI. Adapun thema yang diangkat dalam acara ini adalah "Kita Ngkelengi, Sebab Ia Leben Ngkelengi" - 1 Joh : 1-9. Themanya adalah "Alu Semangat Natal, Mahasiswa Ergiah-giah Nahken Kekelengenku Sapih-Sapih Manusia Selaku Penerus Adat Budaya Karo i Masa Depan" 

Yang membawa khotbah dalam Natal ini adalah Pdt. Bernard Roy Munthe.
Dalam khotbahnya yang berstyle mahasiswa langsung berinteraksi dengan para jemaat menyebutkan tahap-tahap perkembangan iman manusia sepanjang hidupnya berdasarkan psikologi. 

Adapun keterkaitan perkembangan iman itu mencakup 6 tahap perkembangan.

Tahap 1: Intuitive-projective faith (usia 18-24 bulan sampai 7 tahun) 
Pada masa ini ‘iman’ anak banyak diperoleh dari apa yang diceritakan orang dewasa. Dari cerita-cerita itu mereka membentuk gambaran Tuhan yang perkasa, surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini umumnya bersifat irasional, karena pada masa ini anak belum memahami sebab-akibat dan belum dapat memisahkan kenyataan dan fantasi. Mereka juga masih kesulitan membedakan sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang mereka atau orangtuanya. Konsep Tuhan yang diyakini pada masa ini berkisar pada kepatuhan (obedience) dan hukuman (punishment).


Tahap 2: Mythic-literal faith (usia 7 sampai 12 tahun)

Anak sudah lebih logis dan mulai mengembangkan pandangan akan alam semesta yang lebih tertata. Meskipun sudah mengikuti kepercayaan dan ritual orangtua serta masyarakat, mereka cenderung mempercayai cerita dan simbol religius secara literal karena pada masa ini anak belum mampu berpikir abstrak. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami bahwa Tuhan mempunyai sudut pandang lain dengan turut mempertimbangkan usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.


Tahap 3: Synthetic-conventional faith (usia remaja dan selanjutnya)

Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih melihat orang lain (biasanya teman sebaya) untuk panduan moral. Iman mereka tidak dapat dipertanyakan dan sesuai dengan standar masyarakat. Tahap ini pada umumnya terdapat pada pengikut agama yang terorganisasi; sekitar 50 persen orang dewasa mungkin tidak akan melewati tahap ini.


Tahap 4: Individuative-reflective faith (awal hingga pertengahan umur duapuluhan)

Mereka yang bisa mencapai tahap ini mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan memikirkan ulang kepercayaan mereka, terlepas dari otoritas eksternal dan norma kelompok. Pada tahap ini masalah orang muda umumnya terkait dengan pasangan hidup, sehingga perpindahan ke tahap ini bisa dipicu oleh perceraian, kematian seorang teman, atau peristiwa-peristiwa lainnya yang menimbulkan stres.


Tahap 5: Conjunctive faith (usia paruh baya)

Pada usia paruh baya, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka memahami adanya paradoks dan kontradiksi dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Ketika mulai mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya.


Tahap 6: Universalizing faith (lanjut usia)

Pada tahap terakhir yang jarang dapat dicapai ini, terdapat para pemimpin moral dan spiritual, seperti Mahatma Gandhi, Martin Luther King, dan Bunda Teresa, yang visi dan komitmennya terhadap kemanusiaan menyentuh begitu banyak orang. Mereka digerakkan oleh keinginan untuk “berpartisipasi dalam sebuah kekuatan yang menyatukan dan mengubah dunia”, namun tetap rendah hati, sederhana, dan manusiawi. Karena sering mengancam kekuasaan, mereka kerap menjadi martir; dan meski mencintai kehidupan, mereka tidak terikat padanya.


Usai acara kebaktian Natal, acara dilanjutkan kembali hiburan menari bersama, yang lebih populer disebut gedang aron (menari muda-mudi) yang di iringi oleh musik modern (keyboard karo) yang dipandu weenakkk oleh Rudy Gurusinga 

Dalam acara ini juga hadir tamu-tamu undangan baik dari orang tua, donatur-donatur acara dan sebagian pemerhati seniman karo. Artis-artis senior karo ibu kota juga ada yang hadir diantaranya Santa Hoky br Ginting, Tio Fanta Pinem, Mulyanta Surbakti, Coan (Rdm Karo Tari) dan Esa Hati br Ginting 

Acara demi acara dilanjutkan. setelah makan malam bersama, acara diteruskan secara bergantian menari per merga-merga, dan diselingi dengan adu perkolong-kolong. Walaupun mahasiswa-mahasiswi yang ikut berpartisipasi dalam acara ini yang dominan lahir dan besar di ibukota, semangat mereka untuk belajar budaya karo (menari karo) tidak sirna. Artis senior seperti Santa Hoky br Ginting dan Coan - RDM Karo Tari (Selaku pemerhati Seni Tari Karo)  ikut berperan aktif dalam memberikan tata cara menari karo yang baik. Muda-mudi ( mahasiswa/i ) berterima kasih sekali kepada seniman karo dan  orang tua yang hadir sudah memberikan motivasi dan mau memberikan pelajaran tentang budaya karo khususnya Landek (Menari Karo).



Di selah-selah acara, Coan (RDM Karo Tari) juga memberikan arahan-arahan yang baik kepada muda-mudi (mahasiswa/i) bagaimana tata cara Landek Karo (Menari Karo) yang baik. Dijelaskan oleh beliau. Dinamika tarian Karo itu adalah salah satu tarian paling halus di Indonesia. Sebagai contoh, gerakan kaki yang disebut endek, merupakan salah satu ciri khas tarian karo yang hilang oleh kemajuan zaman. Saat ini terlalu banyak landek (tarian) karo itu tidak lagi semestinya, sama dengan hilangnya karakter Karo itu sendiri.

Sisi lain Coan (RDM Karo Tari) menuturkan kekecewaannya kepada orang-orang karo di Jakarta sekitarnya. Saya bekerja di Anjungan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), setiap hari Selasa dan Jumat pukul 14.00 Wib, disana ada pelatihan khusus Tarigan Karo. Sekitar 100 murid yang saja ajari, yang rata-rata dari mahasiswa/i Univeristas Negeri Jakarta (UNJ) dan Ikatan Kesenian Jakarta (IKJ), tidak ada satupun ada orang Karo, pada hal itu adalah gratis, begitu kata beliau. Dari itu, silahkan datang ke sana, dengan senang hati saya akan mengajarinya.
Dipenghujung acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Santa Hoky br Ginting dan foto bersama dengan panitia. Acara berjalan dengan baik dan di akhiri dengan foto bersama.

Selamat Natal 25 Desember 2014 dan Tahun Baru 1 Januari 2015. Mejuah-juah....