SINGUMBAN TURE BURUK

Ikataken ture buruk perban enggo rusur lanai sidahi-dahin piah deba enggo lupa pe
Misalna saja kam 

Singumban A
(1) Bebere kai Bapandu ras Bulangndu
(2) Tandaindu dage ise jelmana
(3) i ja kutana,
(4) piga kali enggo kam pernah ngerana 

Endam sada contoh saja ya, ula kam tersinggung. Kune poin 1 - 4 lang tah kurang pengetehku nindu berarti em tandana kire-kite (ture) enggo buruk/ceda. Adi siuban (erjabu) maka enggo mulihi ndiher perkade-kadenta. 

Erpalasken jaman sibagundari, enggo mbue kita kalak Karo lanai muat beru singumban, baik ku ipalta sendiri, bapa , bulang (binuang), nande, ras soler seh maka i kuanken ture si enggo buruk nimai runtuhna de la i uban seh maka deba lanai itehna/tandaina ise/apai/kai bebere bapana ras bulangna, tua, bena, bage pe ku soler (arah nandenta). Genduari enggo rusur teridah bas kita kerja simate-mate (sidilo ibata). Ture buruk em sada dalan sienggo nandangi rontas siantusenna perkade-kaden nandangi peltep ketang lanai tersambung. Seh maka enggo rusur sibegi kuan-kuan "ergan kela asangken bere-bere" des enggo merigat perembah si sampitken kalimbubu ndube, lanai meteguh tapi enggo buruk lanai terangkapi pe.

Yak enda man embarenta denga teman senina
Mbera-mbera, bujur ras mejuah-juah kita kerina !!!

Ramah Tamah MUSITA (Muda Mudi dan Masyarakat Munte Se-Jabodetabek)


(Cibubur, Jakarta Timur 17/1) Dalam rangkat menyambut tahun baru 2015, muda-mudi kuta (kampung) munte yang berdomisili di seputar Jabodetabek menyelenggarakan acara Ramah Tamah Budaya Karo dan Hiburan Karo. Tepatnya di Gedung Serba Guna Cut Nyak Dien, Bumi Perkemabgan Cibubur. Panitia dalam hal ini adalah muda-mudi, sejak pukul 10.00 wib sudah berada di gedung untuk mempersiapkan acara. Persiapan demi persiapan dilakukan, pada pukul 12.00 wib panitia mengajak makan siang bersama untuk semua pendukung acara, baik panitia sendiri, bintang tamu "Satriawan Sitepu dan Rimta br Ginting" yang didatangkan dari Tanahkaro dan juga pemusik (Jani Tarigan dkk). Usai makan bersama, pukul 13.00 Wib, muda-mudi (aron) dan panitia melakukan sesi latihan Landek (menari) aron per aron yang dimulai dari aron Beru Ginting dan seterusnya aron Beru siempat (Aron beru Karo, Beru Tarigan, Beru Sembiring dan Beru Perangin-angin). Sisi lain bintang tamu juga melakukan sesi latihan tarik suara bersama dengan pemusik keyboard karo yang sudah ada di tempat acara. 

Sesuai dengan susunan acara yang sudah disiapkan, pada pukul 14.00 Wib, acara dimulai dengan Landek (Nari) aron Beru Ginting. Diselingi dengan hiburan bintang tamu "Satriawan Sitepu dan Rimta br Ginting" secara bergantian. Acara berlanjut menari aron per aron. Muda-mudi dan orang tua yang berkaitan dengan kuta Munte mulai berdatangan memadati gedung acara MUSITA. Bahkan lebih dari itu, tampaknya muda-mudi Karo yang berdomisili di seputar Jabodetabek antusias menyaksikan acara Hiburan Karo penyambutan Tahun 2015 ini. Pukul 18.00 Wib acara jeda sementara untuk menghormati mereka-mereka yang ingin bersholat magrib, kemudian pukul 18.30 Wib, dilakukan makan bersama, baik muda-mudi dan panitia dan orang tua yang sudah hadir pada acara tersebut.

Acara dilanjutkan pada pukul 19.00 Wib, diawali dengan memberikan doorprize kepada 10 tamu pertama (yang dilihat dari buku tamu) yaitu : Efendi Ginting (Lajor), Ayu dan Kristo Bangun, Alan Sitepu (Bp Arnol), Langgan Sitepu (Bp Chris), Keluarga besar Simbolon, Marhen Sitepu (Bp. Siska), Ramonta Sinuraya, Bayang dan Keluarga, Putra Tarigan dan Baginisura Ginting. Kemudian acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari  panitia.

Dalam sambutannya, ketua panitia (Marihot Sembiring Meliala) menyampaikan terima kasih kepada muda-mudi munte yang sudah siap menjadi panitia dan segenap aron-aron yang hadir dalam acara tersebut, lebih lanjut juga Marihot Meliala menyampaikan terima kasih kepada orang tua yang sudah memberikan semangat kepada muda-mudi untuk melestarikan persatuan (Kiniersadan) komunitas munte sekitarnya Se-Jabodetabek. Lebih lanjut Marihot Meliala juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada muda-mudi yang hadir di acara tersebut. Dia menyebutkan, perkiraan panitia muda-mudi yang hadir di acara tersebut adalah sekitar 800 orang dan ditambah lagi orang tua sekitar 500 orang. "Kami panitia terlebih saya sebagai ketua panitia kewalahan melihat banyaknya antusias yang datang, dan selanjutnya minta maaf kalau waktu yang kita sediakan sangat terbatas mengingat waktu dan tempat memang sangat terbatas untuk kita pakai untuk secara bergantian menari dalam acara menari merga per merga", kata beliau.   Seketaris panitia (Loviga br Sembiring) juga menambahkan kata sambutan. Dia meminta kepada orang tua untuk tidak lepas tangan kepada panitia dan muda-mudi. Sebisa mungkin berikanlah kritik dan saran yang harus dilakukan muda-mudi dalam persatuan dan terlebih untuk melestarikan budaya Karo itu sendiri.

Seterusnya acara dilanjutkan menari dalam tarian (Landek Simalungun Rayat). Protokol (MC) acara "Anto Tarigan" mengundang semua untuk berdiri untuk menari bersama, sebagai simbol pemersatuan acara. Kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah budaya. Mewakili orang tua masyarakat munte "Jasta Sembiring Meliala" memberikan arahan tentang budaya karo umumnya kepada seluruh muda-mudi yang hadir, bahwa budaya karo itu adalah budaya pemersatu. Tingkat kepedulian muda-mudilah kunci utama sebagai pelestarian budaya, orang tua hanya bisa memberikan pandangan dan pengalaman dalam berbudaya. Setelah dewasa nanti, generasi muda sekarang harus bisa menjadi contoh orang-orang yang berbudaya dalam adat istiadat salah satu kebanggan orang karo. Kami orang tua yang mewakili juga turut mendukung kreativitas muda-mudi dan siap menjadi penasehat dalam berbagai kegiatan-kegiatan masyaratkat munte khususnya dan orang karo pada umumnya.

Setelah ramah tamah, acara berlanjut menari orang tua per merga-merga, dan selanjutnya pukul 21.30 Wib acara hiburan muda-mudi dalam landek aron-aron. Dimulai dengan hiburan yang diberikan oleh Satriawan Sitepu dan Rimta br Ginting secara bergantian. Dan dilanjut dengan menari aron merga per merga sampai acara usai pada dinihari pukul 01.30 Wib. 

Terima kasih - Bujur ras Mejuah-juah !!!


TABAS SI MALANG DELENG

Hong kalasa, kalasa hong
Hong kalasi, kalasi hong
Mari me kam nini jinujung
Nini kami si malangsang
Nini kami raja kalopung
Ras juak-juakndu pepulung
Si Nabo, si Ari pe i undang
Si Tonu, si Dara ola tading

Kulintang-lintang sanga terang
Tongkoh perminaken bulung
I jenda amak enggo kimbang
Amak kundulen inganndu ertimbang

Hong kalasa, kalasa hong
Hong kalasi, kalasi hong
Nini kami si malangsang
Nini kami raja kalopung
Dengkeh kempundu si malang-malang
Malang-malang menam keleng-leng
Keleng-leng kertah niutahken deleng
Deleng si ndube melias perkeleng
Megati denga mbatuk gia ngkelang

Hong kalasa, kalasa hong
Hong kalasi, kalasi hong
Nini kami si malangsang
Nini kami raja kalopung
Duana kam erbahan mang-mang
Mangmang si mehuli er-rudang rudang
Rudang si mejile ras merim la teralang
Gelah entabeh pertunduh nini deleng
Gelah ula pinakitna salih ku batuk gedang

Hong kalasa, kalasa hong
Hong kalasi, kalasi hong
Nini kami si malangsang
Nini kami raja kalopung
Suruh juak-juakndu ku sider berteng
Pepulung kerina si la teng-teng
si erkuasa tapi anceng
si erkuasa tapi genjeng
si erbahan nembeh nini deleng
Suruh i babana ku begu ganjang

Hong kalasa, kalasa hong
Hong kalasi, kalasi hong
Nini kami si malangsang
Nini kami raja kalopung
Teruh nari kam si natang-natang
Datas nari kam me jadi payung
Pudi nari kam si njemba gurung
Lebe nari kam si mabai igung
Kawes, kemuhen kam si ngkeleng
Jagai kempundu si malang-malang
Si kitik denga bagepe si enggo galang
Ibas gelap bagepe ibas wari terang

Karya : H. M. Sitepu
(Bangka, 31/10/13)


Istilah RONDONG dari kata Aron-Aron + Dong

Istilah "Rondong" pada kehidupan orang (kalak) Karo sebenarnya populer sejak tahun 50-an. Rondong itu sendiri berasal dari kata "Aron-aron + Dong" menjadi "Rondong". Sebelum tahun 50-an tidak adalah istilah rondong dalam literatur kamus Karo. Dalam sejarahnya, pertemanan antara muda-mudi Karo itu disebut Aron. Kerja sama kumpulan antara pemuda-pemudi Karo disebut Aron. Pengaruh kata "dong" yang sangat populer di Ibukota - Jakarta, terbawa oleh muda-mudi orang (kalak) Karo yang lajang di Ibukota dan dibawah Tanahkaro. Banyak indikasi bawah kata rondong itu dipengaruhi oleh Karo Langkat / Karo Binjai. Indikasi itu sangat salah. Begitulah penuturan NJ Sembiring dalam Seminar Adat Istiadat Karo (Musda II HMKI DKI Jakarta, Juli 2008). 

Lebih lanjut NJ Sembiring menyatakan bahwa muda-mudi Karo itu sangat akrab berteman dalam lingkungan kuta-kuta (kampung) sebelum tahun 50-an disebut Aron. Pemuda Karo yang lajang di Ibukota kembali ke Tanahkaro tepatnya Rumah Sakit Umum - Kabanjahe, karena banyaknya perawat-perawat disana.  Sesama pemuda-pemudi itu saling menyapa, "Ise nge Aron-Aronndu". Sehingga muncul kata-kata "Aron-Aron Dong" menjadi "Rondong". Demikian istilah itu berkembang sampai sekarang di tengah-tengah kehidupan masyarakat Karo.

Simak penuturan beliau dalam video berikut ....

Rumah Adat SIWALUH JABU

Rumah adat Siwaluh Jabu adalah rumah adat kalak (orang) Karo yang dihuni oleh waluh (delapan) keluarga dalam satu rumah adat. Ratusan tahun yang lalu, diseputar Tanehkaro, hunian masyarakat masih di dominasi oleh rumah-rumah seperti ini. Rumah adat ini sendiri bahannya tidak berbahan baku besi, akan tetapi didominasi oleh bahan-bahan yang langsung di ambil dari alam sekitar, seperti kayu, bambu, ijuk dari enau sebagai atap utama, balok kayu dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya pemikiran manusia, secara perlahan rumah adat ini sudah mulai hilang (punah). Oleh sebab itu sangatlah perlu untuk dilestarikan.
Akibat dari perkembangan pemikiran manusia, khususnya kalak (orang) karo itu sendiri sadar akan penting sejarah kehidupan itu sendiri harus dilestarikan sebagai media pelajaran masa lalu untuk masa depan, sebagaimana layaknya manusia berbudaya khususnya hidup berdampingan dalam adat-istiadat. 

Adapun detail tentang strukturisasi dan filosofi rumah adat karo itu sendiri bisa kita baca melalui link berikut "Arsitektur ditinjau dari Firmitasnya SIWALUH JABU

Gambar disamping adalah bangunan baru rumah adat siwaluh jabu yang diresmikan baru-baru ini pada hari Minggu, 21 Desember 2014. Pendiri bangunan ini adalah simehamat (yang kami hormati) bapak Daulat Daniel Sinulingga (mantan bupati Karo 1995 - 2000 dan 2005 - 2010). Pelaksana pembangunan adalah Nelson Sinulingga. Lokasi rumah adat tersebut adalah antara desa Kacaribu-Kandibata, Kec Kabanjahe, Kabupaten Karo (kurang lebih 3 km dari kota Kabanjahe ke arah Tigabinanga). Sampai tulisan ini dibuat (2/1), menurut penuturan fotografer Sadrah Perangin-angin, rumah adat tersebut tampilan dalamnya belum bisa di lihat. Untuk kedepannya akan dijadikan menjadi salah satu object wisata budaya karo. 

Dibawah ini adalah tampilan gambar-gambar luar rumah adat siwaluh jabu "Kacaribu - Kandibata"