Budaya ...



Kalau kalak Belanda yang liat ini, mungkin respon hormon dan rasa pada dirinya pon akan biasa saja. Kenapa? Karena memang gak pernah jadi dan lewat melalui lidahnya dan tercipta rasa, dan dari situlah muncul reaksi-reaksi kimia alami dalam tubuh, seterusnya akan menjadi memory (kolektif) tersimpan bawah sadar kita.

Kenapa sebagian orang Karo bisa teh-tehen melihat ini? Itu tidak lain adalah respon bawah sadarnya yang sebelumnya sudah tersimpan (koletif memory). Ketika melihat saja, mencium aroma saja bisa "nder-der cidurta"


Kalau pun saya menghipnotrapi pikiran, mungkin saat ini orang Karo dan orang pernah merasakannya yang akan sangat mudah mendapat respon.

Begitulah budaya² (cara²) hidup menjadi survive di pertibi si mbelang ini, apa yang kita anggap tinggi responnya bagi kita, belum tentu sama dengan orang lain. Sebab semua hal, diri kita sendiri yang ciptakan, demikian juga orang lain.

Dari itu pahamilah budaya jauh kedalam, karena itu menyangkut kolektif pikiran kita yang kita ciptakan baik bagi sekitar kita. Ada begitu banyak hal yang harus kita kembangkan dan lestarikan serta nyaman tuk kita jalankan.

Salam Lestari Budaya....

Profesionalitas...


Di Guro² Aron - Pengumben, Sabtu 10 November kemaren, ada yang unik menurut saya. Uniknya ada pendamping, kalau pelatih dibilang gak elok juga, karena umumnya disebut pelatih secara profesional tentu ada sertifikasinya dan itu bisa dipertanggung jawabkan. Kita sebut sajalah pemandu.

Apa yang menarik dari sini? Di acara ini, ketika aron naik sampai mulai menari (landek), sang pemandu berkeliling memperhatikan dan terkadang memberikan kode melalui suara mendekati aron sekeliling panggung. Fungsinya adalah mengingatkan bagaimana menggerakkan tangan, langkah seirama, saat kapan tangan naik turun, berputar dan seterusnya.

Apakah semua orang paham akan hal itu? Tentu tidak. Itulah seni profesionalitas. Sama seperti kita menanam kol, tentu banyak cara kita memahaminya, mulai dari kata² orang, pengalaman yang berulang-ulang dan seterusnya. Ketelatenan dalam hal ini (landek) lebih mengandalkan pengalaman dan dari apa yang pernah didapatkan dan didalami kemudian itu diteruskan kepada generasi selanjutnya yaitu generasi millenial karo.

Apa kam pikir seorang profesor dengan karya ilmiahnya lahir begitu saja? Tidaklah ngatt.... Itu semua didapat dari ketelitian sebuah hal dari pristiwa, situasi, kebiasaan dan lain sebagainya dan dituangkan menjadi karya ilmiah, menjadi ilmu pengetahuan kebutuhan hidup manusia, maka akhirnya karya profesor disebut temuan baru.

Pada dasarnya budaya sekitar kita banyak hal temuan² perkembangan yang bisa kita kembangkan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan peradaban. Hanya kadang kita merasa spele dan lagi² kita yang menjatuhkannya dengan kata² "MAN KAI KRINA E, LO MAIN E". Pada hal tempat lain tergolong maju memulai segala hal adalah dari kebiasan (budaya) mereka sendiri, kemudian terus dan terus dikembangkan sampai titik ada profesionalitas (ke khususan profesi).

Sound System (Wawasan)



Mungkin kadang kita bertanya, kenapa sekarang rata² acara yang melibatkan orang banyak dah umum memakai sound sistem.

Itu tidak terlepas dari daya sensitif pendengaran (penerimaan suara) pada terlinga manusia. Semakin padatnya atau banyaknya suara, akan semakin berkurang daya tangkap suara pada telinga manusia itu sendiri yang di dalam ilmu fisika disebut hambatan. Kalau dulu di kampung, mungkin tidak seberapa yang bisa kita tangkap suara berlebih, karena standart suara² masih sebatas karya alam semesta raya, tapi mengingat akal manusia, akan semakin banyak ciptaan yang berlebih juga atas aktifitas suara² dan kekuatannya.

Bayangkan seperti dikota yang begitu hiruk pikuknya kesibukan, ada ribuan suara yang sensitif ke telinga manusia, dan semua itu ada batasnya sampai ke titik fokus pendengaran manusia.

Makanya dengan akal, manusia menciptakan sound sistem (pengeras suara dan variasinya) agar sampai pesan utama dengan tingkat kekuatan lebih dari suara sekitar.

sada masa anak SMP tersungkun ...

danak² : o abang pershoting, nindu adi manusia biasa banci begikenna sora 20 Hz seh 20.000 Hz.

pershooting : owe kin, nce...

danak² : adi Arib (kelelawar) dahkam terdatasen pe begina, eme 3.000 HZ sd 120.000 Hz

pershooting : payo kin, nce kai masalahna...

danak² : nindu pernah tersinget, lit ka manusia si la biasa banci seri pembegina ras Arib (kelelawar). uga maka bage...

pershooting : lit kin... saja mis kari sungkun kalak kai agamandu

danak² : lalap bang, kataken gia uga kin ih...

pershooting : adi terterima cupingndu frekwensi rendah ras tertinggi asa jelma sideban, brarti getar otakndu lebih ras kekuatenndu pe lebih bre Dibata kerna ketubuhenndu ku pertibi enda. saja mis ita sungkun kalak "Kai Agamandu, ula jului Dibata" nina. pada hal ilmu pengetahuan kal e sekitarndu. ngo yah, ena saja lebeh...

danak² : eee.. abang pershooting, bagah, la nggerak peh..

pershooting : age² yah...


Bahasa Batin - Perang status (posting) di medsos/facebook (Revolusi Mental)

Kalau sering kita lihat perang status di medsos terlebih facebook, itu sebenarnya bukanlah hal aneh. Tapi itu bahasa batin.

cat :
Teknis komunikasi yang paling primitif secara kebudayaan adalah bahasa verbal. sementara teknis komunikasi batin adalah teknis komunikasi paling tinggi secara budaya dan spiritual.

Dominan kita budaya ketimuran memang demikian adanya, semua hal mengarah ke hal batin - spiritual. Apakah itu buruk ? Tidak juga. Pada dasarnya itu menuntut kebersamaan secara sosial. buktinya kita melimpahkannya ke media sosial yang disana ada emosional manusia. Kalaulah seandainya tidak menuntut kebersamaan, ngapain dilimpahkan ke media sosial, limpahkan saja ke "ragunan, taman safari, dan lainnya" yang tidak ada hubungannya dengan emosional manusia.

Begitulah umumnya kita orang Indonesia, jadi jangan aneh kalau sekarang ini kita terus menerus berusaha menyatukan diri melalui ikatan batin. Buktinya lihat saja di gadget anda, ada begitu banyak tercipta group-group. Ada group reunilah, group budaya, group keluarga dan lain sebagainya.

Kalaupun rasanya sebuah status seakan menyinggung orang lain (kata orang karo CIKURAK), itu juga sebuah bukti kita menuntut sebuah pengertian dari orang lain. Terlepas ada jawaban atau tidak dari yang dimaksud, tapi itulah bahasa batin.

Demikian juga dengan hal lain, semisalnya anda membuat sebuah posting (status), saat anda memberikan emosion tawa, like, senyum dan lain sebagainya, itu adalah jawaban atas bahasa batin tanpa ada komen.

Seterusnya, kalau dikomen, di like saja tanpa ada komen balasan, itu adalah balasan bahasa batin itu sendiri.

Unik bukan? Itulah komunikasi ketimuran tingkat tinggi selain bahasa verbal.

Kalau mencari sempurna, kita tidak akan pernah bertemu, tapi kesempurnaan itu ada dikala kita paham dan mengerti apa yang kita pahami pada diri kita sendiri.

Mjjh,
Justie Trg

Bahasa - Budaya (Revolusi Mental)


Adi jumpa kita ras kalak Barat ntah Amerika, ula kita sengget adi ia ngerana terus terang. adi la akapna pas katakenna saja la pas alu bahasa datar.

contohna ....
Adi terpejak kita nahena, mis kal bage nina "you hurt me, sakitindu aku e", nina janahna nuduhken nahena siterperjak. Tapi adi terperjak kita nahe turang seninanta Jawa nari, mis bage nina "mas maaf, kakinya digeser sedikit", nina janahna nuduhken nahena si terperjak.

Lain ka adi kalak karo adi terpejak nahena, reh nina "bagi simesui kuidah e, tah perlu nge geserndu sitik kal terjenan nahendu e" nina janahna natap nahena siterpejak. Mbarenda nge, lang gundari ban pengaruh budaya barat mis nge "nahe me adahku...." nina...

Nah, bage kam budaya nggeluh kalak karo e, maka nibahan aturen nggeluh, em tehnik komunikasi tingkat tinggi secara budaya erkiteken lit ikaten bathin. Makana nibahan aturen-aturen nggeluh arah simbol-simbol babah, maka la langsung bahasa verbal nibahan. Lang me banci nge adi empo ate. Empo ateku pa, mis saja baba impal ah ninta misalna.

Iadi ula kita heran, secara agama kita maju, tapi secara budaya kita mundur kubelakang erkite-kiteken la kita bijak njagasa

Mejuah-juah
Justie Tarigan

Kalak KARO Ersada


Orang Karo itu, tanpa dia sadari ikatan batinnya masih kuat, dan itu sangat mempengaruhi membuat dia satu. bukan berarti itu menunjukkan rasis, tidak. apa buktinya...

Perhatikan masing² pertemanan sesama orang karo di facebook, pasti masing² mereka sangat dominan pertemanannya sesama orang karo. Bukan berarti mereka menutup diri atas yang lain, tidak. Tapi itulah wujud ketidak sadaran mereka karena ikatan batin yang kuat. memang ada kalanya perbedaan kaum milenial (lahir tahun 90-an ke atas), tapi mereka ini juga umumnya masih dibawa teguh secara budaya oleh orang tuanya, belum lagi pengaruh budaya yang didominasi oleh gereja (GBKP Khususnya yang banyak membawa hal tradisi budaya kehidupan karo yang diperbaharui).

Kalau pun rasanya ada rasa si-anceng-en melalui "perang status atau perang posting" itu adalah bagian dari menuntut imbal balik bahasa batin itu sendiri ingin dipahami melalui "tersinggung adalah sebagian dari iman", itulah bahasa komunikasi tingkat tinggi secara budaya dan spiritual. tinggal kita memahami apa maksud dan apa arah tujuan bahasa spiritualnya saja. tidak lebih dari itu.

Uniknya, orang karo itu kalau sudah dalam komunitasnya cendrung lebih suka menyelesaikan masalahnya sendiri, dan jarang melibatkan sekitarnya, bukan berarti egois, tapi paling tidak kami mau selesai dulu, selagi kami sanggup ya itulah kami, dan dilain hal akan ada kesempatan kami berbuat kepada sekitar. begitulah ekspansi karo secara budaya. dan kalau mereka diganggu, tanpa sadar secara emosional mereka akan satu walau awalnya mereka berperang secara emosional.

Demikianlah KARO ersada gia si-ANCENG-en secara emosional di medsos terlebih di facebook.

Salam
Justie Trg