Kalau kalak Belanda yang liat ini, mungkin respon hormon dan rasa pada dirinya pon akan biasa saja. Kenapa? Karena memang gak pernah jadi dan lewat melalui lidahnya dan tercipta rasa, dan dari situlah muncul reaksi-reaksi kimia alami dalam tubuh, seterusnya akan menjadi memory (kolektif) tersimpan bawah sadar kita.
Kenapa sebagian orang Karo bisa teh-tehen melihat ini? Itu tidak lain adalah respon bawah sadarnya yang sebelumnya sudah tersimpan (koletif memory). Ketika melihat saja, mencium aroma saja bisa "nder-der cidurta"
Kalau pun saya menghipnotrapi pikiran, mungkin saat ini orang Karo dan orang pernah merasakannya yang akan sangat mudah mendapat respon.
Begitulah budaya² (cara²) hidup menjadi survive di pertibi si mbelang ini, apa yang kita anggap tinggi responnya bagi kita, belum tentu sama dengan orang lain. Sebab semua hal, diri kita sendiri yang ciptakan, demikian juga orang lain.
Dari itu pahamilah budaya jauh kedalam, karena itu menyangkut kolektif pikiran kita yang kita ciptakan baik bagi sekitar kita. Ada begitu banyak hal yang harus kita kembangkan dan lestarikan serta nyaman tuk kita jalankan.
Salam Lestari Budaya....